Pages

Rabu, 11 Mei 2011

KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI KELURAHAN xxx KEC. xxx KABUPATEN xxx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan
pada tahun xxx diperkirakan 112 jiwa per km2. Jumlah penduduk Propinsi ..........
tahun xxx, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar berdasarkan SP
xxx tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari 3.563.310 jiwa penduduk lakilaki
dan 3.352.640 jiwa penduduk perempuan. Sejak tahun 1971 atau sekitar 30
tahun terakhir, jumlah penduduk .......... telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar
2,78 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun
demikian jika mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980)
menjadi penduduk 1,04% (1995-1999). Kondisi ini merefleksikan bahwa upaya
pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya peningkatan
kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya. Angka pertumbuhan
penduduk Propinsi .......... tahun xxx sekitar 31,57% (Profil Dinas Kesehatan
Propinsi .........., xxxx ).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui
program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu
usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan
ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada
awal 1970, tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,61
per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS pada tahun
1997. Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus dari 53.000 pada
awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun 2000. Keberhasilan program
KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah
tangga. Namun sangat disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya
sangat minim.
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam
mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada
Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan
empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga,
yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan Nasional (Depkes RI, 1999).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional.
Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus
menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang
wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat
Statistik, 2003). Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk
menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau
kesuburan. Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa menunda atau menjarangkan
kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB (Hartanto, 2003).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
program KB. Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun
2001 persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang berstatus
kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat kontrasepsi adalah 52,54%.
Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi
(54,6%) sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan (51,0%). Dari mereka yang sedang
menggunakan/memakai alat kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan
alat/cara KB suntik, (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan
AKDR/IUD, dan sisanya (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk, kondom dan lainnya (Depkes RI, 2002). Rincian persentase yang digunakan
diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB
Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun xxx )
Alat/Cara KB Perkotaan Pedesaan Perkotaan +
Pedesaan
Suntik 47,86 46,98 47,36
Pil KB 25,23 26,57 25,99
AKDR/IUD 14,11 9,14 11,31
Susuk KB 4,90 11,92 8,86
MOW 4,66 3,24 3,86
MOP 0,80 0,65 0,72
Kondom 0,67 0,18 0,39
Alat/Cara Tradisional 1,57 1,27 1,40
Lainnya 0,20 0,06 0,12
Sumber : Susenas xxx dalam Depkes RI, xxxx.
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan xxx tahun
2010 di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. terdapat 195 akseptor KB
suntik (47,57%), KB pil 139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD
37 akseptor (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1
akseptor (0,25%). Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan alat
kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi lainnya.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
karakteristik akseptor KB suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ..................
berdasarkan usia, pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi .......... pada tahun
2004
1.2.2 Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3 Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4 Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di
pedesaan
1.2.5 Di desa .........., prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor
kontrasepsi lainnya
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Desa
.......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2011?"
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa ..........
Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2011.
1.5.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa ..........
Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di
Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan ..................
Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di
desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan ..................
Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa
.......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun
2011.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB
suntik.
1.6.2 Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu
pelayanan.
1.6.3 Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan
upaya program KB.
1.6.4 Bagi Akademi Kebidanan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran
terutama yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta
sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Akseptor KB Suntik
2.1.1 Pengertian Karakteristik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah: ciri-ciri khusus
atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Adapun ciri-ciri atau
faktor-faktor yang akan diteliti pada akseptor KB suntik adalah usia, tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
2.1.2 Umur akseptor
Umur adalah lama seseorang hidup yang dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu umur <20 tahun, 20 - 35 tahun dan > 35 tahun (Depdikbud, 1997). Menurut
KBBI umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Macam-macam umur
menurut KBBI diklasifikasikan sebagai berikut:
2.1.2.1 Usia kawin adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental.
2.1.2.2 Usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja.
2.1.2.3 Usia reproduksi adalah masa antara pubertas dan menopause.
2.1.2.4 Usia lanjut adalah tahap masa tua (usia 60 tahun keatas)
2.1.3 Pengetahuan akseptor
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam bidang atau
ranah kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks yaitu :
1. Jenjang C1 mengetahui/Tahu (Know)
Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari
sebelumnya. Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti
fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi
yang dapat disingkat saja. Oleh karena itu pengetahuan merupakan tingkat yang
paling rendah.
2. Jenjang C2 Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti sebuah ilmu seperti
menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu.
3. Jenjang C3 Penerapan/Aplikasi (Application)
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau penafsiran suatu ilmu yang
sudah dipelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep,
prinsip atau teori.