Pages

Minggu, 12 Juni 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR NY. X

NEW KTI HUBUNGI HABIB 085741504438

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen Departemen Kesehatan melalui penerapan rencana pengurangan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.1 Penggunaan kedua angka tersebut merupakan indikator yang mengisyaratkan bahwa bila Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tinggi, maka derajat kesehatan suatu daerah yang bersangkutan rendah. Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dan sangat tergantung kepada kesejahteraan ibu termasuk kesehatan dan keselamatan reproduksinya. Oleh karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas.
Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah khususnya di negara berkembang. Semua ibu hamil menghadapi risiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan, yang dapat menyebabkan, kesakitan, kecacatan dan kematian bagi ibu dan bayi baru lahir. Menurut World Health Organization (WHO 2006), Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 49 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut tergolong tinggi bila dibandingkan dengan AKB beberapa Negara ASEAN, seperti Vietnam 31 per 1000 kelahiran hidup, Filipina 28 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 8 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup.
Persalinan prematur, terutama yang terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu, menyebabkan ¾ dari keseluruhan mortalitas pada neonatus. Angka kematian bayi prematur dan sangat prematur (usia gestasi <32 minggu) lebih tinggi 15 dan 75 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm. Bayi prematur yang bertahan hidup akan mengalami morbiditas serius jangka pendek, seperti sindrom distress pernapasan, displasia bronkopulmoner, perdarahan intraventrikuler, retinopati akibat prematuritas, dan jangka panjang, seperti gangguan perkembangan dan gangguan neurologis. Tingkat kelahiran prematur, kelahiran yang terjadi sebelum lengkap usia gestasi 37 minggu, di Amerika Serikat sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya, dan merupakan tingkat kelahiran prematur tertinggi di antara negara industri. Prematuritas merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas neonatus. Prematuritas berkaitan dengan morbiditas serta cacat pada anak,dan hampir seluruh kasus gangguan perkembangan neurologis. Selain itu, prematuritas dan bayi berat lahir rendah juga berkaitan dengan kelainan kronik jangka panjang seperti hipertensi dan dislipidemia. Persalinan prematur merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Hal tersebut dapat terjadi melihat kejadiannya yang kurang lebih 70 % dari semua kelahiran hidup. Diduga adanya pengaruh dari ekonomi karena persalinan prematuri lebih sering terjadi pada golongan dengan penghasilan rendah. Persalinan preterm atau prematur masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm. Kira-kira 75% kematian neonatus berasal dari bayi yang lahir preterm atau prematur (Nuada, 2004). Menurut data dunia, kelahiran premature mencapai 75-80 % dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Data dari WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal dengan fenomena 2/3. Pertama, fenomena 2/3 kematian bayi pada usia 0-1 tahunan terjadi pada masa neonatal (bayi berumur 0-28 hari). Kedua, 2/3 kematian bayi pada masa neonatal dan terjadi pada hari pertama. Dewasa ini Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran prematur juga bertanggung jawab langsung terhadap 75 -79 kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh kongenital letal. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 71/1000 kelahiran hidup. Tahun 1995 turun menjadi 51/1000 kelahiran hidup. Dan tahun 1997 menjadi 41,44/1000 kelahiran hidup, sedangkan AKP di Indonesia adalah sekitar 560/100.000 kelahiran hidup (Amiruddin, 2006). Jika diperkirakan kelahiran di Indonesia sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Sebab-sebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Manuaba, 2001). Kejadian persalinan prematur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Djaja dkk (2003) menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian pada bayi neonatal dini (0-7 hari) lebih banyak oleh masalah prematuritas dan berat badan lahir rendah (35%) serta asfiksia lahir (33,6%). Dalam pelayanan obstetrik, masalah bayi prematur merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena sampai saat ini bayi prematur merupakan faktor dari kematian bayi di Indonesia. Kelahiran bayi prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian bayi sebesar 65-75%, umumnya berkaitan dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya harus dicegah karena menimbulkan dampak yang negatif, tidak hanya meningkatkan angka morbiditas tetapi juga mortalitas bayi. Bayi prematur mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup lebih rendah dan skor intelegensia yang lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir normal. Penyulit-penyulit yang terjadi pada bayi prematur meliputi penyulit jangka pendek berupa sindroma gawat napas bayi baru lahir yang sering berakhir dengan kematian bayi dan penyulit jangka panjang berupa kebutaan, ketulian, kelumpuhan dan keterbelakangan mental. Di samping masalah morbiditas dan mortalitas perinatal, perawatan bayi prematur membutuhkan teknologi kedokteran canggih dan mahal, misalnya Neonatal Insentive Care Unit (NICU) dan akan menjadi beban ekonomi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.9,11Bayi prematur pada tahun 1997 di Eropa Barat adalah 5%, di Kalifornia 7,4%, di India 34%, di Australia 7% dan di Malaysia 10%. Indonesia sendiri belum mempunyai angka kejadian bayi prematur nasional, yang ada hanya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). BBLR bisa mencerminkan kejadian bayi prematur secara kasar, yaitu secara nasional di rumah sakit sebesar 27,9 persen. Di Rumah Sakit …………… pada tahun 1999-2004 terdapat 1,3% bayi prematur dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar pada tahun 1999, terdapat 8,65% bayi prematur dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar pada tahun 2002 proporsi kematian bayi prematur adalah 20,51% dari seluruh persalinan, pada tahun 2003 proporsi kematian bayi prematur adalah 23,64% dari seluruh persalinan dan pada tahun 2004 proporsi kematian bayi prematur adalah 38,57% dari seluruh persalinan. Dari hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit xxxx, diperoleh angka kelahiran bayi prematur pada tahun 2009-2010 sebanyak ……… dari ……… seluruh persalinan (proporsi …..%), dengan rincian tahun 2009 sebanyak …….. bayi, tahun 2019 sebanyak …….. bayi. Dari sekian angka kelahiran prematur pada pasien di suatu rumah sakit belum ada data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya persalinan prematur . Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan premature Ny. X ”. 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Apakah ada hubungan umur Ny. “X” dengan persalinan premature ? b. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan Ny. “X” dengan persalinan prematur. ? c. Apakah ada hubungan komplikasi kehamilan Ny. “X” dengan persalinan premature ? d. Apakah ada hubungan tingkat ekonomi Ny. “X” dengan persalinan premature ? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan berhubungan dengan persalinan premature tahun 2011. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan umur Ny. “X” dengan persalinan prematur b. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan Ny. “X” dengan persalinan premature. c. Diketahuinya hubungan komplikasi kehamilan Ny. “X” dengan persalinan premature d. Diketahuinya hubungan Tingkat ekonomi Ny. “X” dengan persalinan premature 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit xxxx tentang persalinan prematur terutama dalam upaya meningkatkan perencanaan pencegahan persalinan prematur dengan pengenalan secara dini karakteristik ibu yang memiliki kemungkinan mengalami persalinan prematur. 1.4.2. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya kebidanan sebagai bahan informasi bagi penelitian yang akan datang yang erat kaitannya dengan persalinan prematur.