Pages

Rabu, 11 Mei 2011

KTI NEW : HUBUNGAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG PARTISIPASI DALAM PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan pada seorang wanita merupakan suatu proses yang alamiah. Agar proses kehamilan dapat berjalan lancar dan tidak berkembang pada keadaan yang patologis, serta diperoleh ibu dan bayi yang sehat optimal maka diperlukan upaya sejak dini yaitu semenjak ibu hamil. Persiapan tidak datang begitu saja, tetapi memerlukan beberapa persiapan, antara lain persiapan fisik dan mental yang cukup agar kelahiran bayi dapat berjalan lancar, menghasilkan ibu dan bayi yang sehat optimal (Prawirohardjo, 2002 : 155).
Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tapi bukan karena kecelakaan. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia hingga kini masih tinggi, 262/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten xxx, angka kematian ibu pada tahun xxx mencapai 126,6 per 100.000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sejak xxx .
Ada pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu, yaitu: Making Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat (memadai), setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Resti, 2007). Dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi juga terdapat lima benang merah, yaitu: membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medis) dan rujukan. Dalam hal ini, partisipasi merupakan bagian dari sayang ibu dan sayang bayi, dimana salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes, 2002).
Dikatakan bahwa dalam banyak Negara, partisipasi menghadapi persalinan oleh suami masih banyak dipertentangkan, ada pendapat juga yang mengatakan bahwa kehadiran suami tersebut tidak membantu, terutama bila terdapat ketegangan diantara mereka (Depkes, 2007). Menurut Gracia dan Carfort, 1999) sebagian ibu menginginkan kehadiran suami (90%), 5% yang tidak menginginkan dan 5% ragu-ragu. Oleh karena sedikit penelitian yang meneliti tingkat pengetahuan suami tentang partisipasi persalinan.
Secara psikologi, istri sangat membutuhkan partisipasi suami selama proses persalian. Proses pesalinan merupakan sebuah pertanyaan hidup mati bagi ibu. Adanya rasa cemas, panik, takut serta rasa sakit yang luar biasa, membuat istri menginginkan perhatian dari suami. Manfaat suami menemani isri, karena suami adalah orang yang terdekat dengan istri, selalu ada bila dibutuhkan. Kedekatan emosi suami istri bertambah, suami akan lebih menghargai isrti karena pengorbanan saat persalinan disaksikan suami, sehingga suami akan lebih meningkatkan sayang dan penghargaan akan seorang ibu ( Sucahyani BD, 2006). Selain itu disebutkan juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, cunam dan seksio cesarean. Persalinan juga akan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al, 2000).
Menurut Nolan (2004) beberapa ibu memilih pasangan sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya. Ada sebuah penelitian yang sangat baik yang menunjukkan bahwa pendukung efektif dalam meningkatkan hasil persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan terhadap bayinya.
Studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny.Sofi H ..............., pada bulan Januari-Pebruari 2011, terdapat 20 orang ibu bersalin. Yang diantaranya didampingi suami 20%, 40% didampingi orang tua, dan 40% didampingi saudara. Dari data yang ada menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin yang didampingi suami lebih kecil persentasenya dibanding dengan ibu bersalin yang didampigi orang tua maupun saudara. Dari uraian ini peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang Partisipasi dalam Persalinan di BPS Ny. Sofi H ...............”.

B. Perumusan Masalah
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami selama proses persalinan dan kelahiran bayi, karena suami adalah orang yang terdekat dengan istri yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny. Sofia H ............... didapatkan data pada bulan Januari-Pebruari 2011, dari 20 orang ibu bersalin, yang didampingi suami 20 %, 40% didampingi orang tua, dan 40% didampingi saudara. Sehingga dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang partisipasi dalam persalinan?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang partisipasi persalinan.
Tujuan khusus
Mengidentifikasi karakteristik suami partisipasi persalinan.
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan suami tentang partisipasi persalinan.
Mengidentifikasi sikap suami tentang partisipasi persalinan.

D. Manfaat Penelitian
Bagi Instansi kesehatan
Digunakan sebagai masukan untuk penelitian yang lebih dalam mengenai partisipasi suami selama persalinan.
Bagi Petugas kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin terutama dengan mengikutsertakan suami dalam berpartisipasi selama persalinan.
Bagi Penulis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, ketrampilan dan memberi pengalaman melaksanakan penelitian mandiri serta melakukan analisis yang berkaitan dengan asuhan persalinan.

Bagi Masyarakat
Agar suami bersedia berpartisipasi selama istri melakukan persalinan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
Pengetahuan
Pengertian
Menurut Bloom, 1975 dalam buku Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang, melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh. Sedangkan menurut Rachman, dkk (2003) yang dimaksud pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui. Mengetahui artinya mempunyai bayangan dalam pikirannya tentang sesuatu.
Pentingnya Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penayakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers, 1974 dalam buku Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu:
Awereness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau obyek.
Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Trial, sikap dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus, orang telah mencoba berperilaku baru.
Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam mengubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo, 2003).