Pages

Sabtu, 21 Mei 2011

PARTISIPASI SUAMI DALAM PERSALINAN

SEGERA HUB KAMI UNTUKJ MENDAPATKAN BAB 1-5 LENGKAP HUB : HABIB Hp. 085 741 504 438
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan pada seorang wanita merupakan suatu proses yang alamiah. Agar proses kehamilan dapat berjalan lancar dan tidak berkembang pada keadaan yang patologis, serta diperoleh ibu dan bayi yang sehat optimal maka diperlukan upaya sejak dini yaitu semenjak ibu hamil. Persiapan tidak datang begitu saja, tetapi memerlukan beberapa persiapan, antara lain persiapan fisik dan mental yang cukup agar kelahiran bayi dapat berjalan lancar, menghasilkan ibu dan bayi yang sehat optimal (Prawirohardjo, 2002 : 155).



Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tapi bukan karena kecelakaan. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia hingga kini masih tinggi, 262/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten Semarang, angka kematian ibu pada tahun 2006 mencapai 126,6 per 100.000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sejak 2001 (cakrawala, 2008).

Ada pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu, yaitu: Making Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat (memadai), setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Resti, 2007). Dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi juga terdapat lima benang merah, yaitu: membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medis) dan rujukan. Dalam hal ini, partisipasi merupakan bagian dari sayang ibu dan sayang bayi, dimana salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes, 2002).

Dikatakan bahwa dalam banyak Negara, partisipasi menghadapi persalinan oleh suami masih banyak dipertentangkan, ada pendapat juga yang mengatakan bahwa kehadiran suami tersebut tidak membantu, terutama bila terdapat ketegangan diantara mereka (Depkes, 2007). Menurut Gracia dan Carfort, 1999) sebagian ibu menginginkan kehadiran suami (90%), 5% yang tidak menginginkan dan 5% ragu-ragu. Oleh karena sedikit penelitian yang meneliti tingkat pengetahuan suami tentang partisipasi persalinan.

Secara psikologi, istri sangat membutuhkan partisipasi suami selama proses persalian. Proses pesalinan merupakan sebuah pertanyaan hidup mati bagi ibu. Adanya rasa cemas, panik, takut serta rasa sakit yang luar biasa, membuat istri menginginkan perhatian dari suami. Manfaat suami menemani isri, karena suami adalah orang yang terdekat dengan istri, selalu ada bila dibutuhkan. Kedekatan emosi suami istri bertambah, suami akan lebih menghargai isrti karena pengorbanan saat persalinan disaksikan suami, sehingga suami akan lebih meningkatkan sayang dan penghargaan akan seorang ibu ( Sucahyani BD, 2006). Selain itu disebutkan juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, cunam dan seksio cesarean. Persalinan juga akan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al, 2000).

Menurut Nolan (2004) beberapa ibu memilih pasangan sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya. Ada sebuah penelitian yang sangat baik yang menunjukkan bahwa pendukung efektif dalam meningkatkan hasil persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan terhadap bayinya.

Studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny.Sofi H ..............., pada bulan Januari-Pebruari 2009, terdapat 20 orang ibu bersalin. Yang diantaranya didampingi suami 20%, 40% didampingi orang tua, dan 40% didampingi saudara. Dari data yang ada menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin yang didampingi suami lebih kecil persentasenya dibanding dengan ibu bersalin yang didampigi orang tua maupun saudara. Dari uraian ini peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang Partisipasi dalam Persalinan di BPS Ny. Sofi H ...............”.



B. Perumusan Masalah

Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami selama proses persalinan dan kelahiran bayi, karena suami adalah orang yang terdekat dengan istri yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny. Sofia H ............... didapatkan data pada bulan Januari-Pebruari 2009, dari 20 orang ibu bersalin, yang didampingi suami 20 %, 40% didampingi orang tua, dan 40% didampingi saudara. Sehingga dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang partisipasi dalam persalinan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang partisipasi persalinan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik suami partisipasi persalinan.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan suami tentang partisipasi persalinan.

c. Mengidentifikasi sikap suami tentang partisipasi persalinan.



D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi kesehatan

Digunakan sebagai masukan untuk penelitian yang lebih dalam mengenai partisipasi suami selama persalinan.

2. Bagi Petugas kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin terutama dengan mengikutsertakan suami dalam berpartisipasi selama persalinan.

3. Bagi Penulis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, ketrampilan dan memberi pengalaman melaksanakan penelitian mandiri serta melakukan analisis yang berkaitan dengan asuhan persalinan.



4. Bagi Masyarakat

Agar suami bersedia berpartisipasi selama istri melakukan persalinan.







































BAB II

TINJAUAN PUSTAKA





A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Bloom, 1975 dalam buku Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang, melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh. Sedangkan menurut Rachman, dkk (2003) yang dimaksud pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui. Mengetahui artinya mempunyai bayangan dalam pikirannya tentang sesuatu.

b. Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penayakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers, 1974 dalam buku Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu:

1) Awereness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau obyek.

2) Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, sikap dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus, orang telah mencoba berperilaku baru.

5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam mengubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo, 2003).



c. Faktor-faktor yang memepengaruhi pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

1) Faktor internal, meliputi :

a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indra seseorang.

b) Rokhani

Faktor rokhani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu.

2) Faktor Eksternal, meliputi :

a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan befikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu hamil yang berpendidikan, tentu akan banyak memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa yang lalu.

b) Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronika, berbagai informasi dapat diterima oleh masayrakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih hanya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

d) Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Induvidu yang dapat berinteraksi secara batinnya akan lebih terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupam dalam proses perkembangannya. Misal seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena berbagi kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.



d. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang mencakup dominan kognitif mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003):

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh karena itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dalam keadaan yang nyata.

4) Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.



5) Sintesis (sinthetis)

Sintetis yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian ini ditentukan untuk suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang ada.

e. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dan subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan enam tingkatan diatas.



2. Sikap

a. Pengertian

Menurut Petty, (1986) dalam buku Azwar (2000) sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue. Sedangkan menurut Secord dan Backman (1964) dalam buku Azwar (2007) sikap adalah suatu bentuk konstelasi komponen komponen kognitif, afektif dan konaktif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berprilaku terhadap suatu obyek). Dan menurut Berkowits (1972) dalam buku Azwar (2007) sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung oleh tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut.

b. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa ang dipercayai oleh individu pemilik sikap , kmponen kognitif berisi kepercyaan stereotipe yang dimliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutma apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial .

2) komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai kompopnen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-penagaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan obyek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

c. Cara pengukuran sikap

Cara pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.

Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya berifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.

Sebaliknya pernyataan sikap sedapat mungkin pula berisi hal-hal negative mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel.

Suatu sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourabel dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negative yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama kali obyek isi skala memihak atau mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioneer (Notoatmojo, 2003).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meningalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu masyarakat asuhannya

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lenmbaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).



3. Partisipasi selama persalinan

a Pengertian

Menurut Poerwodaminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia (2001), mendampingi artinya menemani, menyertai dekat-dekat. Sedangkan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Prawirohardjo, 2002). Jadi dapat dikatakan bahwa partisipasi persalinan adalah proses menyertai dekat, menemani proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.



b Tujuan

Tujuan utama dari partisipasi persalinan adalah untuk memberi dukungan secara fisik, emosional, dan psikologis sehingga proses persalinan mempunyai makna yang positif baik ibu, suami, anak dan keluarga (Depkes, 2001).

c Keuntungan

Ada beberapa keuntungan dari partisipasi persalinan yaitu bahwa dalam percobaan pengendalian acakan (Randomized controlled Trials) telah memperlihatkan efektivitas dukungan fisik, emosional dan dan psikologis selama persalinan dan kelahiran. Dalam buku codiran database, suatu kajian ulang sistematik dari 14 percobaan-percobaan yang melibatkan 5000 wanita memperlihatkan bahwa kehadiran seseorang pendamping secara terus menerus selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan :

1) Pembedahan Caesar untuk membantu kelahiran menjadi berkurang.

2) Kelahiran dengan bantuan vakum dan forcep semakin sedikit atau kecil.

3) Skor APGAR <7 sedikit. 4) Durasi (lama) persalinan yang makin pendek. 5) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan. (Depkes, 2001) Menurut Lutfiatus (2004) bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat memberikan manfaat seperti : 1) Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri, karena suami adalah orang yang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. 2) Selalu ada bila dibutuhkan Dengan berada disamping istri, suami siap membantu apa saja yang dibutuhkan istri. 3) Kedekatan emosi suami istri bertambah Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya. 4) Menumbuhkan naluri kebapakan. 5) Suami akan lebih menghargai istri Melihat pengorbanan istri saat persalinan, suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan menjaga perilakunya. Karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya. d Pengurangan rasa sakit Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara: 1) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalian (suami, orang tua). 2) Pengaturan posisi: duduk, atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri. 3) Relaksasi dan pernafasan. 4) Istirahat dan privasi. 5) Penjelasan mengenai proses atau kemajuan atau prosedur yang akan dilakukan. 6) Asuhan diri. 7) Sentuhan. Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit (Wordpress,2007) : 1) Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support. 2) Perubahan posisi dan pergerakan. 3) Sentuhan dan massase. 4) Pijatan ganda pada pinggul. 5) Penekanan pada lutut. 6) Kompres hangat dan kompres dingin. 7) Berendam. 8) Pengeluaran suara. 9) Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa). 10) Musik yang lembut dan menyenangkan ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan dan mengguguah emosi ibu dan keluarganya, malahan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi terebut, pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu, cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?“ atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?“. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses dan kelahiran bayi. Anjurkan keluarga untuk terlibat dimasukkan dalam asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu selama partisipasi persalinan yaitu : 1) Membantu ibu untuk berganti posisi. 2) Melakukan pijatan. 3) Memberikan minuman dan makanan. 4) Berbicara dengan ibu. 5) Memberikan semangat selama persalinan dan kelahiran bayinya. (Depkes RI, 2004) Asuhan sayang ibu selama persalinan (Depkes RI, 2004) : 1) Memberikan dukungan emosional. 2) Membantu pengaturan posisi. 3) Memberikan cairan dan nutrisi. 4) Keleluasaan untuk kekamar mandi secara teratur. 5) Pencegahan infeksi. 6) Melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan suami dalam berpartisipasi kala dilibatkan isterinya yang sedang dalam tahap persalinan : 1) Suami bisa ikut bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri dalam menghadapi persalinan. 2) Membantu mengukur waktu kontraksi. 3) Mengusapkan-usap punggung. 4) Menjadi titik fokus dan bernafas bersama anda pada saat kontraksi 5) Sampaikan kepada suami untuk selalu mengikuti keinginan anda saat rasa sakit mulai terasa. Ini bertujuan agar kondisi psikologi ibu sedikit relax. 6) Suami yang ikut dalam persalinan bisa ikut memeriksa keutuhan semua kelangkapan tubuh sikecil begitu keluar dari perut ibunya. (Haryono, 2008) Menurut Nolan (2004) beberapa ibu memilih pasangan dan ibunya sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya, ada sebuah penelitian yang sangat baik yang menunjukkan bahwa pendukung efektif dalam meningkatkan hasil persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan terhadap bayinya. Antara lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti misalnya ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar. Persalinan juga akan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al. 2000). Menurut Nike (2003) dukungan dalam persalinan seperti pujian, penetraman hati, tindakan untuk persalinan dan kelahiran serta sikap ramah yang konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi oleh bidan. Namun, pada prakteknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari ibu dalam hal ini, seorang wanita yang bersalin harus ditemani oleh orang yang dpercayai dan membuatnya merasa nyaman. Orang tersebut dapat berupa pasangannya, sahabatnya atau anggota keluarganya. Menurut Haryono (2008) partisipasi mendatangkan banyak faedah, selain memberi semangat kepada ibu, menemani istri selama proses persalinan secara tidak langsung mengajarkan suami untuk bisa menghargai dan perhatian. Yang terpenting, keterlibatan suami juga bisa mengakrabkan ikatan batin antara ayah dan anak. Jadi jangan ragu untuk melibatkan suami dalam persalinan. Agar suami tidak bingung dan panik. Pengetahuan tentang pentingya partisipasi persalinan bisa didapat melalui berbagai media dan kesempatan, salah satunya pada masa Antenatal care. Bidan akan menginformasikan tentang pentingnya partisipasi persalinan, manfaat dan tujuan, serta keuntungannya. Kehadiran suami memberi efektifitas khusus persiapan persalinan. Partisipasi persalinan tidak hanya waktu proses melahirkan, tetapi mulai dari tanda-tanda persalinan sampai dua jam setelah melahirkan (Dagun, 2002). Menurut Lutfiatus (2004) situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama proses persalinan seperti : 1) Suami tidak siap mental Umumnya suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istri kesakitan atau tidak tahan bila harus melihat darah yang keluar saat persalian. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping diruang bersalin. 2) Tidak diizinkan pihak Rumah Sakit Beberapa rumah Sakit tidak mengizinkan kehadiran pendamping selain petugas medis bagi ibu yang menjalani proses persalinan, baik normal maupun cesar. Beberapa alasan yang diajukan adalah kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas dan kesterilan ruang operasi menjadi berkurang dengan hadirnya orang luar. 3) Suami sedang dinas Apabila suami sedang dinas ketempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan pulang untuk menemani istri bersalin tentu istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami masih ada anggota keluarga lain seperti ibu yang dapat menemani. 4. Persalinan a) Pengertian Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan placenta dri rahim ibu (Depkes, 2004). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Prawirohardjo, 2002). Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 mingu), lahir tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Arfian, 2008). b) Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan : 1.) Teori penurunan hormon Penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Seperti diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih sewaktu partus. 2.) Teori penuaan placenta Placenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan, villi korialess mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progfesteron turun. 3.) Teori berkurangnya nutrisi Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. 4.) Tekanan pada ganglion servikale Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus hauser yang terletak dibelakang servik. Bila ganglion ini terteka, kontraksi uterus dapat dibangkitkan. 5.) Dengan berbagai tindakan : (a) Merangsang fleksus Franken hauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis. (b) Pemecahan ketuban. (c) Penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan jalan infuse intravena). (d) Pemakaian prostaglandin. (Prawirohardjo, 2002) c) Tanda-tanda persalinan 1) Tanda-tanda persalinan yang mungkin terjadi : (a) Lender darah vagina bercampur dengan sedikit darah (bloody show) (b) Nyeri pungung bawah yang yang datang dan pergi. (c) Kram diperut bagian bawah (seperti kram saat haid). (d) Buang air besar agak cair seperti diare. (e) Ledakan energi secara mendadak yang terfokus pada persiapan kelahiran bayi (nesting urge). 2) Tanda-tanda positif persalinan : Tanda-tanda yang paling jelas bahwa persalinan telah dimulai : (1) Kontraksi yang makin panjang, kuat, dan berdekatan waktunya (kontraksi maju atau progessing contraction). (2) Keluarnya air ketuban dari vagina akibat pecahnya kantung ketuban. (Prawirohardjo, 2002) d) Faktor-faktor penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah : 1) Kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan 2) Keadaan jalan lahir 3) Janinnya sendiri (Prawirohardjo, 2002) e) Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu : 1) Kala I :Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. 2) Kala II :Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. 3) Kala III :Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tida lebih dari 30 menit. 4) Kala IV :Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama postpartum.