Pages

Senin, 23 Mei 2011

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA DI SMA XXX

UNTUK LEBIH LENGKAPNYA HUBUNGI HABIB : 085 741 504 438

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Perubahan tubuh disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Yang dimaksud perubahan seks primer ialah perubahan-perubahan organ seksual yang semakin matang sehingga dapat berfungsi untuk melakukan proses reproduksi, dimana seorang individu dapat melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis dan dapat memperoleh keturunan anak.

Misalnya testis, kelenjar prostat, penis (remaja laki-laki); vagina, ovarium, uterus (remaja wanita) sedangkan perubahan seks sekunder ialah perubahan tanda-tanda identitas seks seseorang yang diketahui melalui penampakan postur fisik akibat kematangan seks primer. Untuk remaja laki-laki misalnya : jakun, bentuk tubuh (segitiga), suara membesar, kumis, jenggot, sedangkan remaja wanita misalnya : kulit halus, bentuk tubuh (guitar body), suara melengking tinggi dan rambut kemaluan pada vagina (Dariyo, 2004).
Mengenai para remaja yang telah mencapai usia baligh dan kecenderungan seksual mereka yang mulai muncul, kelenjar-kelenjar seksual mulai beraktifitas dan memproduksi hormon-hormon yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan kejiwaan pada para remaja. Hal tersebut mendapatkan sebuah kondisi yang mungkin sangat sulit untuk dihadapi oleh sebagian orang tua dan pendidik. Perubahan kecenderungan terhadap lawan jenis dan kadang kecenderungan pada penyimpangan akan tampak, dan masalah ini sampai batas-batas tertentu akan menyibukkan benak dan pikiran mereka. Dari sisi ini, mereka tidak mengetahui reaksi yang seharusnya mereka tunjukkan dan cara bersikap terhadap kebutuhan dalam diri mereka (Samadi, 2004).
Para remaja mulai merasakan cinta, tetapi agama menjadi penghalang dan pembatas, begitu juga akhlak serta aturan-aturan. Ketika dihadapkan pada masalah ini, terkadang mereka pura-pura tidak tahu, tidak sadar, dan mengesampingkan aturan-aturan serta akibat-akibat dari penyimpangan. Tidak adanya pengetahuan terhadap masalah-masalah kehidupan sosial dan balig menimbulkan masalah-masalah yang beragam, seperti menjerumuskan diri pada kemaksiatan, kematian, dan bunuh diri. Semakin besar perhatian dan pengawasan dalam permasalahan ini, maka semakin tertutuplah jalan menuju penyimpangan (Samadi, 2004).
Akses internet yang sangat mudah dari berbagai media informasi yang dapat di peroleh dengan sangat mudah baik dari internet, Hp, buku komek dewasa televisi, sinitron, film, CD, play station, serta media lainya menyerbu anak-anak yang di kemas sedemikian rupa sehingga perguatan seks di anggap lumprah dan menyenangkan.(bogspot.com.2008)
Orang tua adalah pihak utama yang bertanggung jawab terhadap keselamatan putra dan putrinya dalam menjalani tahapan-tahapan fisik emosional, intelektual social, yang harus mereka lalui dari anak-anak hingga mereka dewasa tanggung jawab orang tua tidak hanya mencakup atau terbatasi dengan kebutuhan materi saja tetapi sesungguhnya mencakup juga kepada seluruh aspek kehidupan anaknya, termasuk di dalamnya aspek pendidikan seksual.
Pendidikan seks bagi remaja adalah masalah yang sangat penting, karena kejiwaan para remaja hari demi hari, disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan keberhasilan-keberhasilan dunia saat ini–menanggung beban yang lebih besar. Dalam buku-buku kedokteran, umumnya dinyatakan bahwa pendidikan seks bermakna pengajaran seks. Pendidikan seks memiliki makna yang lebih luas. Pendidikan tidak hanya meliputi hal-hal yang bersifat seksual, tetapi memiliki kekhususan, seperti perkembangan kepribadian secara sosial, akhlak, dan budaya (Samadi, 2004).
Selama ini orang tua menganggap pendidikan seksual adalah hal yang tabu, selain itu orang tua menganggap bahwa remaja yang mengetahui lebih banyak informasi tentang seksual akan meningkatkan penasaran dan keberanian untuk mempraktekkan. Orang tua enggan membicarakan pendidikan seksual karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan pendidikan seks (Handayani, 2005).
Studi pendahuluan yang di lakukan pada SMA XXX. yang terbagi menjadi 3 tingkat yaitu tingkat X di bagi menjadi 5 kelas dimana dalam 1 kelas terdiri dari 40 siswa. Tingkat XI, di bagi menjadi 4 kelas yaitu 2 kelas IPA terdiri dari 36 siswa, 2 kelas IPS terdiri dari 40 siswa, untuk tingkat XII di bagi menjadi 4 kelas yaitu 2 kelas IPA, 2 kelas IPS. Dengan memberikan 2 pertanyaan tentang pendidikan seks pada 6 siswa dari kelas XI, dimana meraka ber pendapat bahwa pendidikan seks tidak pernah di berikan oleh orang tuanya, dengan alasan berbeda-beda yang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda pula apabila meraka tidak mengetahui mengenai perilaku seksual. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh, maka penelitin tertarik melakukan penelitiann di SMA XXX., Dengan judul persepsi Orang tua tentang pendidikan seks pada remaja.

B. Perumusan Masalah
Informasi yang salah tentang pendidikan seksual pada remaja dapat menimbulkan persepsi yang salah, hal ini akan menyebabkan remaja memiliki perilaku seksual yang tidak sehat, orang tua adalah pihak yang pas untuk memberikan informasi tentang seksual pada anak melalui pendidikan seksual. Pendidikan seksual adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan masalah : persepsi orangtua tentang pendidikan seksual para remaja di SMU XXX.

C. Tujuan Penelitian
1). Tujuan Umum Penelitian
Mengetahui persepsi orang tua tentang pendidikan seksual pada remaja.
2). Tujuan Khusus Penelitian
a). Mengetahui karakteristik orang tua tentang pendidikan seks pada remaja di SMU XXX.
b). Mendeskripsikan persepsi orang tua remaja tentang pendidikan seks di SMU XXX.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak antara lain:
1). Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan seks pada remaja.
2). Bagi Orangtua
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran pada orang tua tentang pendidikan seks pada anak remajanya.
3). Bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi bagi penelti selanjutnya khususnya tentang persepsi orang tua tentang pendidikan seks pada remaja.
4). Bagi Masyarakat
Dapat memberikan sumbangan yang berkaitan dengan pendidikan seks pada remaja.
5). Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam penelitian sebagai bahan penerapan Ilmu yang di dapat selama perkuliahan khususnya mata kuliah metodologi penelitian.